Hai kakak cantik,…
Tau ngga kenapa papa nulis ? oke,
papa kasih tau. Pertama, karena papa
suka. Kedua, karena mau
belajar. Why ? karena ngga ada seorang penulis yang ngga membaca. Bacaan, adalah makanan semua penulis. Sumber energy darimana ispirasi penulis itu mengalir. Selain itu, semua orang yang membaca, berarti
dia mau tau. Dan itulah belajar. Ketiga,
lewat tulisan, papa bisa mencatat sesuatu, atau sebuah kejadian, dan lewat
tulisan, papa bisa menyampaikan pesan. Entah
pesan buat mereka yang kebetulan menemukan tulisan itu, atau, yah pesan untuk
diri sendiri. Keempat, menjaga agar
simpul-simpul syaraf senantiasa bertualang, dan menjelajah. Kelima, refreshing.
Kakak tau,…(pasti belum
lah,..hehehe), sebenarnya dari banyak
kekurangan papa, ada satu hal yang papa sadarin sejak muda, dan cukup parah: kurang pede. Itu sebabnya papa senang sekali waktu kakak
ikut kegiatan Pelsis. Yah, itu semua
karena peran mama. Coz jujur aja, walau
papa suka sama kegiatan yang menumbuhkan rasa percaya diri, tapi papa kurang suka
karena kakak jadi sibuk ke sana kemari, and jarang di rumah. Papa jadi jarang liat kakak kalo papa pulang
kerja.
Suatu saat kelak kakak akan tau
betapa orang tua selalu merindukan anak-anaknya. Hehehe,…bukan katu maksud papa supaya setelah
baca ini, kong kakak kurang babadiang di rumah.
Bukan. Karena sebenarnya, justru
di luar rumah lah sekolah kehidupan terbaik dalam menjalani hari-hari yang akan
datang. Pada kehidupan di luar rumahlah
kakak akan mendapati orang-orang nyentrik, ajaib, menarik, mengerikan, menyebalkan,
lucu, dsb, yang sama sekali beda dengan papa, mama, and Berlian.
Dalam kaitannya dengan rasa
kurang pede tadilah, mungkin alam bawah sadar papalah yang akhirnya menuntun
papa jadi petualang. Menjelajahi hutan, gunung, dan banyak tempat-tempat
baru. Yah, papa sendiri gak tau pasti. Papa cuma jalanin aja.
Papa sendiri juga kurang tau apakah rasa pede itu juga yang
menyebabkan papa ngga pernah jadi untuk bikin sebuah novel, yang udah lama papa
rencanain. Yah, maybe nextlah.
Sampe sini udah bosen mbacanya ? hehehe,…dikit lagi koq.
Papa mau kasih tau sebuah rahasia, yang sebenarnya rahasia
antara papa and mama. Mar gak apalah
kakak tau. Toh kakak so dewasa. 16 taon.
Jauh sebelum papa kenal mama, papa inget papa pernah berdoa,
bahwa kalau Tuhan berkenan untuk calon istri yang seprti apa yang papa
inginkan, papa menyiratkan garis besar wanita itu. Kong papa lupakan doa itu, and papa jalanin
kehidupan hari demi hari. Berkenalan dan
berteman dengan banyak wanita. Dan dekat
dengan beberapa di antara mereka.
Sekitar tahun 1994, papa kenal mama. Wanita hitam manis dengan senyum menawan. Waktu itu mama so sarjana, papa belum.
Papa tau kalo ada banyak laki-laki
suka pa mama. Tapi ketika papa tau mama
belom punya pacar, papa ngga pake pedekate segala rupa. Waktu itu papa tinggal di kamar lantai 2, dan
mama di lantai 1. Torang mahasiswa kost,
kalau mau jemur baju, semuanya di lantai
2. Jadi siang itu papa so rencana mau
tembak pa mama. Pas mama naik jemur
baju, papa somo tembak,mar ragu-ragu. Tembak, jangan, tembak, …ah. Sebelum papa mendekat untuk tembak, mama
keburu turun, karena papa pikir jemuran bajunya so abis. Papa ngomong dalam hati, kalo sampe mama naik
ulang, papa emang udah harus tembak. Eh,
ternyata betul, rupanya mama pe jemuran belom abis, dan mama datang lagi bawa
satu ember. Papa ngga buang
kesempatan. Papa badekat, kong bilang: “Boleh mo bacrita sadiki ?”
“Mo bicara apa Bin
?” Mama dapa lia bingo.
“Kita sering kangen
kalo nda lia pa ngana noh. Kita suka pa
ngana…!!!”
Mama senyum kaget. Kong
papa sambung: “ Nyanda usah jawab skarang
noh.”
Mama tetap senyum, kong mama bilang: “Ok, nanti neh. Makasih”
Sebelum mama turun ke lantai bawah, papa bilang: “Boleh tiga hari dari sekarang ?”
Mama turun, senyum and mengangguk.
Ssst,…jangan bilang mama rahasia
ini neh: sebenarnya papa ngga butuh tiga
hari untuk tau mama pe jawaban. Karena saat
itu, papa bisa tau kalo mama ley suka pa papa.
Mama pe bahasa tubuh yang mengatakannya.
Lagian, kan papa ganteng waktu masih muda,…hehehe,…emang bener koq.
Tapi papa tetap bersabar sampe tiga hari. Dan pas hari ke tiga, mama kasih surat ke
papa. Dan mama and papa pacaran sejak
itu.
Sekitar 1 minggu setelah mama and papa pacaran, papa kasih
ke mama setangkai Edelweis dan sepotong
salib kecil dari kayu Hitam. Papa bilang,
“Salib Hitam dan Edelweis
ini sangat berharga buat kita, kalau ini kita kase pa orang, berarti orang itu
sangat berharga for kita. Jadi, kalau
orang yang kita kase ini so nimau jadi pribadi yang khusus for kita, cukup kase
pulang jo itu salib hitam and bunga Edelweis, and kita so mangarti.”
-----------------ooooo---------------
Untuk beberapa saat, papa and mama sering pacaran jarak
jauh. Papa di Manado, and mama di
Tahuna.
Singkatnya, tanggal 7 October 1999, papa dan mama di
persatukan Tuhan di Gereja Patmos Tahuna.
Mungkin ini agak tabu untuk papa bilang, tapi, ini toh bukan
hal yang memalukan. Lagipula kan kakak
bukan anak kecil lagi.
Perlu kakak tau, bahwa walau papa
dan mama pacaran 5 tahun, tapi waktu papa dan mama menikah, papa dan mama
benar-benar melakukannya untuk yang pertama kali sebagai pria dan wanita, pada
malam pertama pernikahan. Artinya, malam
itu, di malam pernikahan, papa dan mama masih perawan dan perjaka.
Mungkin akan terdengar aneh untuk
pasangan menikah yang sudah pacaran 5 tahun.
Apalagi di jaman yang terlalu sering menganggap biasa melanggar norma-norma
susila. Tapi itulah kenyataannya. Papa bukan sok suci loh...
Setelah waktu berjalan, (ini
mungkin sedikit kesaksian pada kakak) papa tersentak oleh sebuah kenyataan aneh
dan misterius. Papa teringat oleh doa
yang pernah papa sampaikan lewat doa waktu masih muda, dan belum kenal mama
sama sekali. Doa tentang tipikal wanita
yang papa harapkan untuk jadi pendamping hidup
papa kelak. Allah itu sungguh
ajaib. Semua gambaran tentang wanita
dalam doa papa, ada pada mama secara utuh.
Wanita bernama Adriani Abast.
Mungkin orang yang membaca atau
mendengar cerita papa bakalan bilang kalo papa mengada-ada, atau
berbohong. Terserah,…toh itu hanya papa
dan Tuhan yang tau.
-----------------ooooo---------------
Mama bukan wanita yang pintar berkata-kata soal cinta. Coba
kakak taru kira. Mama adalah wanita yang
ungkapan cintanya senantiasa diungkapkan lewat perbuatan. Mama bukan sekedar bilang kasihan pada mereka
yang susah, tapi mama memberi apa yang bisa mama berikan. Mama sungguh menangis dengan mereka yang di
timpa duka dan nestapa, sambil memeluk mereka.
Ngga sekedar ngomong turut berduka cita, kayaq yang banyak di tampilin
di FB.
Dan untuk semua hal itu, papa sungguh belajar dari ngana pe
mama.
Papa tau kalau mama bukanlah wanita yang sempurna, tapi buat
papa, mama tak tergantikan. Mama adalah
anugrah Tuhan buat papa. Kalo Kakak and Berlian, adalah anugrah terindah buat papa and mama.
Kalo mo bilang papa and mama ngga pernah berantem, berarti papa and mama malaikat dong. Kan berselisih bukan karena saling benci,
seringkali karena beda sudut pandang aja. And biasanya, papa yang lebih egois,...hehehe.
-----------------ooooo---------------
Waktu mama hamil kakak 7 bulan, papa antar pa mama ke
Sangihe untuk melahirkan. Papa kerja di
Celebes, yang kebetulan di bangun tahun 2001.
Papa dapat kabar kakak udah lahir waktu hari Minggu, 11 Nopember 2001, di Sukur, di rumah
opa/oma. Papa senang sekali, sambil
memendam kerinduan yang rasanya ngga
pernah bisa papa lupain.
Sialnya, papa baru punya
kesempatan liat kakak untuk pertama kalinya, 2 minggu setelah kakak lahir. Sebelum itu papa cuma bisa denger suara bayi
lewat telephon. Bayangin, betapa
nelangsanya memendam kerinduan selama itu.
Singkatnya, bisa dibilang papa
ngga tidur di perjalanan dengan kapal dari Manado ke Tahuna. Papa ngebayangin sosok bayi gendut yang
menggeliat menggemaskan. Yah, waktu itu
belum ada android kasiang. Mana bisa
liat video, dsb.
Debaran jantung aneh dan
misterius yang belom pernah papa rasa sebelumnya, makin keras waktu makin
dekat rumah Tahuna. Omg, papa, -seorang
pendaki yang biasa hidup di alam, yang ngga gampang melelehkan air mata, hampir
meledak sesungukan waktu buka pintu
kamar, dan lihat sosok bayi gendut yang lagi pules, yang sama
sekali ngga perduli atau berasa ada bapaknya yang sakit rindu pengen meluk and
menciumnya.
Papa bangunin bayi gendut yang langsung menggeliat kesal karena
kenyenyakan tidurnya keganggu. Papa melihat
sebuah keajaiban dunia ke-8 pagi itu.
Ah, itu 16 tahun lalu. Toh sosok menggemaskan yang sekarang so
tumbuh cantik dan anggun , masih tetap menggemaskan dalam sikap cuek dan dingin
yang terkesan angkuh. Eitsss,…jangan
cemberut dulu, kan papa bilang terkesan,…hehehe.
-----------------ooooo---------------
Edelweis sayang, sebenarnya papa
so persiapkan tulisan untuk Kakak, jauh sebelum usia kakak 16 tahun. Dari tahun 2009, ato 2010. Papa ketik, edit, ketik lagi, edit lagi, kong
papa simpan di komputer.
Rencananya papa mo kase baca pa
kakak pas umur 16, ato 17. Tapi dari
kemaren, papa so cari semua detail di computer, USB 800 GB and 500 GB, koq
aneh, tulisan itu raib tanpa bekas. Seolah
ngga mau papa bacain ke kakak. Papa heran
and kesel banget. Tapi yah udahlah, papa
nyerah, and papa juga ngga terlalu yakin, apa artinya sebuah tulisan yang udah
dipersiapkan sedemikian lama, kalo bisa dibikin lagi di waktu yang mepet.
-----------------ooooo---------------
Edelweis sayang, satu hal yang
dibenci penulis adalah, sering tidak konsisten dengan tulisannya, atau tidak
bisa melakukan seperti apa yang di tulisnya.
Misalanya, penulis tentang tips menjalin rumah tangga yang harmonis, eh
faktanya si penulis malah hidup dalam kawin cerai. Penulis tentang bagaimana mencintai
lingkungan, eh dia malah contributor pencemaran limbah.
Dan sialnya, kondisi itu juga
yang papa alamin waktu mau bikin tulisan ini, untuk kakak baca. Tapi akhirnya papa putuskan, masih lebih baik
papa realisasikan apa yang papa rencanakan sejak lama, ketimbang cuma
diangankan.
Akhirnya, mungkin terlintas di
kakak pe benak, apa sih yang sebenarnya papa harapkan dari tulisan ini ? Atau,
apa papa pe tujuan bikin tulisan ini untuk kakak baca ? Mau kasih sejuta
nasihat,….? Hehehe,..ngga. Jujur, selain
papa pengen Edelweis tau opini and sekelumit uneg-uneg papa, yang pernah bilang
ke kakak “Papa udah nulis ratusan tulisan loh di blog”
Papa juga pengen bercerita ke
kakak lewat cara yang lain, yang mungkin belom pernah papa lakukan sebelumnya,
yakni lewat tulisan. Itu aja.
Papa and mama udah pernah
ngelewatin masa yang sekarang Edelweis jalanin.
Dan dalam pengalaman papa and mama, dari puluhan juta nasehat yang
pernah di sampaikan ke telinga anak remaja, so hebat kalo dia inget 5 aja. Hehehe,…gak
usah cemberut,..biasa aja kaleee.
Edelweis cantik, papa and mama
percaya kalo Edelweis bakal nemuin Edelweis pe jalan hidup sendiri
kelak. Jalan hidup yang sesuai dengan
yang Edelweis inginkan. Bukannya jadi bayang-bayang
papa and mama, apalagi settingan hidup papa dan mama. Edelweis harus jadi diri sendiri. Kalaupun ada sosok yang senantiasa hidup di
dalam diri Edelweis, hendaklah itu Yesus Kristus. Satu-satunya Allah yang Suci, yang udah nuntun
keluarga kita sejauh ini, sampai selamanya.
Btw sory kalo papa musti terus
terang tentang satu hal: saat ini, Edelweis adalah tanggung jawab papa dan
mama. Dan itu adalah amanat Tuhan. So, you know what I mean toh,….???
Edelweis sayang, kakak boleh
anggap semua tulisan di atas hanya karangan tanpa makna, atau tulisan yang
hanya sebagiannya benar. itu hak kakak. Karena toh walau 1000 kali kakak baca ulang
tulisan ini, tidak akan ada yang berubah dalam keseharian kita. Hehehe,..mungkin kita masih akan tetap baku
ambe, basuara keras, baku veto, dll. Tapi
papa dan papa mau bilang, bahwa papa dan mama sangat mencintai Edelweis. Dan sayangnya, papa dan mama ngga punya kata
yang lebih indah dari kata-kata itu. Because
You Are Our Edelweis
So pastiu babaca sayang…? Oke, begitu jo dulu. Selamat Ulang Tahun ke-16 sayang.
“Percayalah kepada
Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu
sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.”
[Amsal 3 : 5-6]