Jumat, 10 November 2017

Because You Are Our Edelweis



Hai kakak cantik,…
Tau ngga kenapa papa nulis ? oke, papa kasih tau.  Pertama, karena papa suka.  Kedua, karena mau belajar. Why ? karena ngga ada seorang penulis yang ngga membaca.  Bacaan, adalah makanan semua penulis.  Sumber energy darimana ispirasi penulis itu mengalir.  Selain itu, semua orang yang membaca, berarti dia mau tau. Dan itulah belajar.  Ketiga, lewat tulisan, papa bisa mencatat sesuatu, atau sebuah kejadian, dan lewat tulisan, papa bisa menyampaikan pesan.  Entah pesan buat mereka yang kebetulan menemukan tulisan itu, atau, yah pesan untuk diri sendiri.  Keempat, menjaga agar simpul-simpul syaraf senantiasa bertualang, dan menjelajah.  Kelima, refreshing.

Kakak tau,…(pasti belum lah,..hehehe), sebenarnya  dari banyak kekurangan papa, ada satu hal yang papa sadarin sejak muda, dan  cukup parah: kurang pede.  Itu sebabnya papa senang sekali waktu kakak ikut kegiatan Pelsis.  Yah, itu semua karena peran mama.  Coz jujur aja, walau papa suka sama kegiatan yang menumbuhkan rasa percaya diri, tapi papa kurang suka karena kakak jadi sibuk ke sana kemari, and jarang di rumah.  Papa jadi jarang liat kakak kalo papa pulang kerja.

Suatu saat kelak kakak akan tau betapa orang tua selalu merindukan anak-anaknya.  Hehehe,…bukan katu maksud papa supaya setelah baca ini, kong kakak kurang babadiang di rumah.  Bukan.  Karena sebenarnya, justru di luar rumah lah sekolah kehidupan terbaik dalam menjalani hari-hari yang akan datang.  Pada kehidupan di luar rumahlah kakak akan mendapati orang-orang nyentrik, ajaib, menarik, mengerikan, menyebalkan, lucu, dsb, yang sama sekali beda dengan papa, mama, and Berlian.

Dalam kaitannya dengan rasa kurang pede tadilah, mungkin alam bawah sadar papalah yang akhirnya menuntun papa jadi petualang.  Menjelajahi  hutan, gunung, dan banyak tempat-tempat baru.  Yah, papa sendiri gak tau pasti. Papa cuma jalanin aja.

Papa sendiri juga kurang tau apakah rasa pede itu juga yang menyebabkan papa ngga pernah jadi untuk bikin sebuah novel, yang udah lama papa rencanain.  Yah, maybe nextlah.

Sampe sini udah bosen mbacanya ? hehehe,…dikit lagi koq.
Papa mau kasih tau sebuah rahasia, yang sebenarnya rahasia antara papa and mama.  Mar gak apalah kakak tau.  Toh kakak so dewasa. 16 taon.

Jauh sebelum papa kenal mama, papa inget papa pernah berdoa, bahwa kalau Tuhan berkenan untuk calon istri yang seprti apa yang papa inginkan, papa menyiratkan garis besar wanita itu.  Kong papa lupakan doa itu, and papa jalanin kehidupan hari demi hari.  Berkenalan dan berteman dengan banyak wanita.  Dan dekat dengan beberapa di antara mereka.

Sekitar tahun 1994, papa kenal mama.  Wanita hitam manis dengan senyum menawan.  Waktu itu mama so sarjana, papa belum.

Papa tau kalo ada banyak laki-laki suka pa mama.  Tapi ketika papa tau mama belom punya pacar, papa ngga pake pedekate segala rupa.  Waktu itu papa tinggal di kamar lantai 2, dan mama di lantai 1.  Torang mahasiswa kost, kalau mau jemur baju, semuanya  di lantai 2.  Jadi siang itu papa so rencana mau tembak pa mama.  Pas mama naik jemur baju, papa somo tembak,mar ragu-ragu. Tembak, jangan, tembak, …ah.  Sebelum papa mendekat untuk tembak, mama keburu turun, karena papa pikir jemuran bajunya so abis.  Papa ngomong dalam hati, kalo sampe mama naik ulang, papa emang udah harus tembak.  Eh, ternyata betul, rupanya mama pe jemuran belom abis, dan mama datang lagi bawa satu ember.  Papa ngga buang kesempatan.  Papa badekat, kong bilang: “Boleh mo bacrita sadiki ?”

Mo bicara apa Bin ?” Mama dapa lia bingo.

Kita sering kangen kalo nda lia pa ngana noh.  Kita suka pa ngana…!!!”

Mama senyum kaget.  Kong papa sambung: “ Nyanda usah jawab skarang noh.”

Mama tetap senyum, kong mama bilang: “Ok, nanti neh. Makasih

Sebelum mama turun ke lantai bawah, papa bilang: “Boleh tiga hari dari sekarang ?”

Mama turun, senyum and mengangguk.

Ssst,…jangan bilang mama rahasia ini neh:  sebenarnya papa ngga butuh tiga hari untuk tau mama pe jawaban.  Karena saat itu, papa bisa tau kalo mama ley suka pa papa.  Mama pe bahasa tubuh yang mengatakannya.  Lagian, kan papa ganteng waktu masih muda,…hehehe,…emang bener koq.

Tapi papa tetap bersabar sampe tiga hari.  Dan pas hari ke tiga, mama kasih surat ke papa.  Dan mama and papa pacaran sejak itu.

Sekitar 1 minggu setelah mama and papa pacaran, papa kasih ke mama setangkai  Edelweis dan sepotong salib kecil dari kayu Hitam.  Papa bilang,

Salib Hitam dan Edelweis ini sangat berharga buat kita, kalau ini kita kase pa orang, berarti orang itu sangat berharga for kita.  Jadi, kalau orang yang kita kase ini so nimau jadi pribadi yang khusus for kita, cukup kase pulang jo itu salib hitam and bunga Edelweis, and kita so mangarti.”

-----------------ooooo---------------

Untuk beberapa saat, papa and mama sering pacaran jarak jauh.  Papa di Manado, and mama di Tahuna.

Singkatnya, tanggal 7 October 1999, papa dan mama di persatukan Tuhan di Gereja Patmos Tahuna.

Mungkin ini agak tabu untuk papa bilang, tapi, ini toh bukan hal yang memalukan.  Lagipula kan kakak bukan anak kecil lagi.

Perlu kakak tau, bahwa walau papa dan mama pacaran 5 tahun, tapi waktu papa dan mama menikah, papa dan mama benar-benar melakukannya untuk yang pertama kali sebagai pria dan wanita, pada malam pertama pernikahan.  Artinya, malam itu, di malam pernikahan, papa dan mama masih perawan dan perjaka. 

Mungkin akan terdengar aneh untuk pasangan menikah yang sudah pacaran 5 tahun.  Apalagi di jaman yang terlalu sering menganggap biasa melanggar norma-norma susila.  Tapi itulah kenyataannya.  Papa bukan sok suci loh...

Setelah waktu berjalan, (ini mungkin sedikit kesaksian pada kakak) papa tersentak oleh sebuah kenyataan aneh dan misterius.  Papa teringat oleh doa yang pernah papa sampaikan lewat doa waktu masih muda, dan belum kenal mama sama sekali.  Doa tentang tipikal wanita yang papa harapkan untuk jadi pendamping hidup  papa kelak.  Allah itu sungguh ajaib.  Semua gambaran tentang wanita dalam doa papa, ada pada mama secara utuh.  Wanita bernama Adriani Abast.

Mungkin orang yang membaca atau mendengar cerita papa bakalan bilang kalo papa mengada-ada, atau berbohong.  Terserah,…toh itu hanya papa dan Tuhan yang tau. 

-----------------ooooo---------------

Mama bukan wanita yang pintar berkata-kata soal cinta. Coba kakak taru kira.  Mama adalah wanita yang ungkapan cintanya senantiasa diungkapkan lewat perbuatan.  Mama bukan sekedar bilang kasihan pada mereka yang susah, tapi mama memberi apa yang bisa mama berikan.  Mama sungguh menangis dengan mereka yang di timpa duka dan nestapa, sambil memeluk mereka.  Ngga sekedar ngomong turut berduka cita, kayaq yang banyak di tampilin di FB.

Dan untuk semua hal itu, papa sungguh belajar dari ngana pe mama.

Papa tau kalau mama bukanlah wanita yang sempurna, tapi buat papa, mama tak tergantikan.  Mama adalah anugrah Tuhan buat papa. Kalo Kakak and Berlian, adalah anugrah terindah buat papa and mama.

Kalo mo bilang papa and mama ngga pernah berantem, berarti  papa and mama malaikat dong.  Kan berselisih bukan karena saling benci, seringkali karena beda sudut pandang aja.  And biasanya, papa yang lebih egois,...hehehe.

-----------------ooooo---------------

Waktu mama hamil kakak 7 bulan, papa antar pa mama ke Sangihe untuk melahirkan.  Papa kerja di Celebes, yang kebetulan di bangun tahun 2001.

Papa dapat kabar kakak udah lahir waktu hari Minggu,  11 Nopember 2001, di Sukur, di rumah opa/oma.  Papa senang sekali, sambil memendam kerinduan yang  rasanya ngga pernah bisa papa lupain.

Sialnya, papa baru punya kesempatan liat kakak untuk pertama kalinya, 2 minggu setelah kakak lahir.  Sebelum itu papa cuma bisa denger suara bayi lewat telephon.  Bayangin, betapa nelangsanya memendam kerinduan selama itu.

Singkatnya, bisa dibilang papa ngga tidur di perjalanan dengan kapal dari Manado ke Tahuna.  Papa ngebayangin sosok bayi gendut yang menggeliat menggemaskan.  Yah, waktu itu belum ada android kasiang.  Mana bisa liat video, dsb.

Debaran jantung aneh dan misterius yang belom pernah papa rasa sebelumnya, makin keras waktu makin dekat rumah Tahuna.  Omg, papa, -seorang pendaki yang biasa hidup di alam, yang ngga gampang melelehkan air mata, hampir meledak  sesungukan waktu buka pintu kamar, dan lihat sosok bayi gendut yang lagi pules, yang sama sekali ngga perduli atau berasa ada bapaknya yang sakit rindu pengen meluk and menciumnya.

Papa bangunin bayi gendut  yang langsung menggeliat kesal karena kenyenyakan tidurnya keganggu.  Papa melihat sebuah keajaiban dunia ke-8 pagi itu.

Ah, itu 16 tahun lalu.  Toh sosok menggemaskan yang sekarang so tumbuh cantik dan anggun , masih tetap menggemaskan dalam sikap cuek dan dingin yang terkesan angkuh.  Eitsss,…jangan cemberut dulu, kan papa bilang terkesan,…hehehe.
  
-----------------ooooo---------------
Edelweis sayang, sebenarnya papa so persiapkan tulisan untuk Kakak, jauh sebelum usia kakak 16 tahun.  Dari tahun 2009, ato 2010.  Papa ketik, edit, ketik lagi, edit lagi, kong papa simpan di komputer.

Rencananya papa mo kase baca pa kakak pas umur 16, ato 17.  Tapi dari kemaren, papa so cari semua detail di computer, USB 800 GB and 500 GB, koq aneh, tulisan itu raib tanpa bekas.  Seolah ngga mau papa bacain ke kakak.  Papa heran and kesel banget.  Tapi yah udahlah, papa nyerah, and papa juga ngga terlalu yakin, apa artinya sebuah tulisan yang udah dipersiapkan sedemikian lama, kalo bisa dibikin lagi di waktu yang mepet.

-----------------ooooo---------------

Edelweis sayang, satu hal yang dibenci penulis adalah, sering tidak konsisten dengan tulisannya, atau tidak bisa melakukan seperti apa yang di tulisnya.  Misalanya, penulis tentang tips menjalin rumah tangga yang harmonis, eh faktanya si penulis malah hidup dalam kawin cerai.  Penulis tentang bagaimana mencintai lingkungan, eh dia malah contributor pencemaran limbah.

Dan sialnya, kondisi itu juga yang papa alamin waktu mau bikin tulisan ini, untuk kakak baca.  Tapi akhirnya papa putuskan, masih lebih baik papa realisasikan apa yang papa rencanakan sejak lama, ketimbang cuma diangankan.

Akhirnya, mungkin terlintas di kakak pe benak, apa sih yang sebenarnya papa harapkan dari tulisan ini ? Atau, apa papa pe tujuan bikin tulisan ini untuk kakak baca ? Mau kasih sejuta nasihat,….? Hehehe,..ngga.  Jujur, selain papa pengen Edelweis tau opini and sekelumit uneg-uneg papa, yang pernah bilang ke kakak “Papa udah nulis ratusan tulisan loh di blog”

Papa juga pengen bercerita ke kakak lewat cara yang lain, yang mungkin belom pernah papa lakukan sebelumnya, yakni lewat tulisan.  Itu aja.

Papa and mama udah pernah ngelewatin masa yang sekarang Edelweis jalanin.  Dan dalam pengalaman papa and mama, dari puluhan juta nasehat yang pernah di sampaikan ke telinga anak remaja, so hebat kalo dia inget  5 aja.  Hehehe,…gak usah cemberut,..biasa aja kaleee.

Edelweis cantik, papa and mama percaya kalo Edelweis bakal nemuin Edelweis pe jalan hidup sendiri kelak.  Jalan hidup yang sesuai dengan yang Edelweis inginkan.  Bukannya jadi bayang-bayang papa and mama, apalagi settingan hidup papa dan mama.  Edelweis harus jadi diri sendiri.  Kalaupun ada sosok yang senantiasa hidup di dalam diri Edelweis, hendaklah itu Yesus Kristus.  Satu-satunya Allah yang Suci, yang udah nuntun keluarga kita sejauh ini, sampai selamanya.

Btw sory kalo papa musti terus terang tentang satu hal: saat ini, Edelweis adalah tanggung jawab papa dan mama.  Dan itu adalah amanat Tuhan.  So, you know what I mean toh,….???

Edelweis sayang, kakak boleh anggap semua tulisan di atas hanya karangan tanpa makna, atau tulisan yang hanya sebagiannya benar.  itu hak kakak.  Karena toh walau 1000 kali kakak baca ulang tulisan ini, tidak akan ada yang berubah dalam keseharian kita.  Hehehe,..mungkin kita masih akan tetap baku ambe, basuara keras, baku veto, dll.  Tapi papa dan papa mau bilang, bahwa papa dan mama sangat mencintai Edelweis.  Dan sayangnya, papa dan mama ngga punya kata yang lebih indah dari kata-kata itu.  Because You Are Our Edelweis

So pastiu babaca sayang…?  Oke, begitu jo dulu.  Selamat Ulang Tahun ke-16  sayang.


Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” [Amsal 3 : 5-6]