Minggu, 16 September 2012

IRONI MASA LALU


Hujan tipis satu-satu memburamkan kaca ruang kerja Abi.  Hampir semenit  ia pandangi lembutnya kabut  yang menggayuti Puncak Cartenz Piramid  di kejauhan.  Walau di tangannya ada puluhan lembar recording retort proses pengalengan, benaknya  mengembara ke tempat lain.  Sebuah masa yang telah lama dikuburnya.    

Minggu lalu,  waktu  asyik surfing di FB,  angka 3 merah  tampil di tools pertemanan .   Dengan cepat abi nge-klik tanda persetujuan untuk 2  orang yang baru dikenalnya.  Jarinya terhenti pada yang ke-3.   Monik Wijaya, sebaris  nama yang memaksanya  kembali menautkan bingkai hatinya yang pernah dipenuhi  berjuta harapan akan manisnya cinta dari seraut wajah elok nan rupawan.  Neldina Wijaya, sang adik.

Alow Nik, apa kabar ? Udah lama banget ya…

Adalah kalimat pertama Abi di inbox Monik.  Selanjutnya, Abi dan Neldina seolah menemui warna baru di dunia maya.  Inbox mereka  di penuhi cerita yang  sering membuat mereka sendiri heran, dari mana ide-idenya berasal.  Selalu baru, segar, menggelikan, dengan sesekali berbau sensual.

====================================================

19 tahun lalu, di sebuah perkemahan remaja Gereja di Taman Bunga Cibubur,  Abi melihat Neldina dan Monik Wijaya pertama kali.  Ia baru merayakan HUT-nya yang ke- 12. Mereka duduk melingkar di sebuah aula besar.  Jhon Manusama  berdiri di tengah lingkaran sebagai pembawa acara.  Suaranya yang bass dan berwibawa menyegarkan suasana  reatret, yang berlatar instrument ‘Amazing Grace’
photo by chupitaz

Abi tak focus lagi pada jalannya acara.  Terpaku pada seraut wajah manis di seberangnya.  Berkemaja dan rok coklat muda.  Gejolak aneh yang begitu asing tak henti begelora di dadanya.  Cinta pertama pada pandangan pertama adalah sesuatu yang tidak pernah dikenalnya, dan tak pernah diketahui  hadirnya.  Tapi Abi tak pernah bisa melupakan wajah itu.  Neldina Wijaya adalah keajaiban yang pertama dirasakan Abi sebagai laki-laki.

Sejak itu, kehadiran Abi di tiap kegiatan Pemuda dan Remaja Gereja  semata untuk memenuhi kerinduan jiwanya  menatap sosok Neldina.  Mendengar suaranya yang halus, dan mengawasi tiap detail gerakannya.  Sosok Tuhan baginya hanyalah imaginasi berkabut dalam selubung misterius tentang Kuasa, Keagungan, Keajaiban dan Belas Kasihan.  Tapi Neldina adalah sebuah harapan.

Bagi Abi, tak pernah ada lagi mahluk indah nan anggun selain Neldina. 

========================================================

Nik, gimana kabarnya Dina, ceritain dong…” Adalah email ke-4 yang ia pendam untuk memenuhi rasa rindu dan keinginan tahuannya akan sosok yang pernah begitu mengobsesinya.  Yang membuat ia menangisi hari-harinya karena tidak pernah menyatakan betapa ia begitu mencintainya.

Eh koq tumben nanyain Dina..?” Monik membalas email tersebut 3 hari kemudian

Loe beneran ngga tau, ato pura-pura ngga tau sich…?” Abi merasakan lagi debaran masa lalu itu

Suer gue ngga paham maksud loe..” Monik membalas singkat

Nik, sejak umur gue 12 taon, Neldina, adik loe, adalah cinta pertama gue pada pandangan pertama.  Dina  membelenggu seluruh ruangan di hati gue selama bertahun-tahun.  Tapi begonya, gue ngga pernah behasil mengutarakan rasa cinta itu.  Bahkan cuma untuk sekedar menyampaikan signal-signal kekaguman-pun ngga.  Gue cuma bisa memimpikan sosok indahnya.  Merindukannya dari waktu ke waktu.  SMP, SMA hingga gue menemukan pendamping hidup gue, dan melupakan semua hayalan-hayalan indah tentangnya.  Gue ngga pernah lupa gimana sakitnya memendam harapan itu bertahun-tahun.  Gue juga ngga lupa  airmata yang mbasahin berlembar-lembar kertas yang bertuliskan Abi love Dina,  waktu ortu gue pindah ke Jayapura.

Ada beberapa cewek yang sempat mengisi hari-hari gue.  Tapi slalu aja ada ruangan di hati gue yang entah kenapa dipenuhi penantian dan kerinduan akan senyum memikat milik Dina.  Hingga akhirnya gue harus nyerah, dan dengan kepiluan membiarkan bayangan Dina perlahan sirna, serta merelakan memori di otak gue mencatat  kenangan itu sebagai sebuah ironi.  Ironi masa lalu

Seraut senyum kembali melintas di benak Abi.

9 hari kemudian Monik membalas inbox-nya

Bi, gue bener-bener ngga nyangka loe pernah punya cinta sebesar itu ke Dina.  Prihatin banget gue mbaca email loe.  Tapi gue nyesel  sama sifat loe yang tertutup  saat itu.  Kalo aja loe berani ngekspresiin rasa itu ke Dina, gue rasa peluang loe buat ngerampas hati Dina cukup besar, karena cowok pertama Dina punya profil yang ampir mirip sama loe.  Putih, tinggi, pendiam.

Bi, sebenarnya gue ngga pernah nyeritain kisah ini ke orang lain.  Karena kisah yang bakal gue certain adalah kisah kelam adik gue sendiri. Itu sebabnya gue agak lama mbales inbox loe.  tapi gue percaya loe laki-laki yang baik.  Apalagi setelah gue tau kalo loe pernah sangat mencintai Dina.

Justus adalah cowok pertama Dina yang juga membuat Dina hamil, bahkan beberapa kali menggugurkan kandungan.  Cuma gue di keluarga yang tahu Dina menggugurkan kandungan.  Mama pun ngga tahu.  Mereka sebenarnya udah mempersiapkan pernikahan, tapi batal karena alasan yang gue sendiri ngga pernah tau.  Malah mereka akhirnya putus.

Setelah putus, hidup Dina nelangsa banget.  Hingga akhirnya gue denger Dina jadi simpanan pria Jerman, rekan kerjanya.  Tapi berakhir juga setelah cowok Jermannya itu balik ke negaranya.

Kemudian, Dina hidup bersama dengan mitra kerja kerjanya, seorang pria Australia, tapi putus juga setelah 2 taon.  lalu lagi-lagi jadi simpanan pria Australia.  Tapi putus juga, hingga akhirnya kawin kontrak dengan pria Inggris selama 5 taon, dan melahirkan seorang anak bule yang sekarang udah berumur 8 taon.

Secara financial Dina ngga pernah kekurangan.  Lebih malah.  Tapi gue tau hati Dina nangis karena terluka.  Gue tau Dina ngga pernah mengharapkan kehidupan rumah tangga seperti itu.

Bi, tolong jangan rusak kepercayaan gue karena udah menceritakan kisah ini.  Karena bagaimanapun keadaannya, Dina adalah adik yang gue sayangin.  Orang yang pernah loe cintai."

=============================================================

Abi berulang-ulang membaca inbox Monik.  Ingin sekali ia tidak mempercayai semua kisah tersebut.  Tanpa disadari, pandangannya mulai mengabur.  Setetes butiran bening mengalir di pipinya.  Perlahan, Abi membelai seulas senyum yang terpapampang di laptopnya.  Foto sesosok wanita cantik yang dikirimkan Monik.  Sebuah senyum yang pernah begitu dirindukannya.  Senyum dari masa lalu yang penuh ironi.

Abi menutup laptopnya, dan berjalan ke kamar.  Menatap penuh cinta pada sosok wanita yang tengah pulas sambil memeluk bocah kecil.  Orang-orang tercinta yang telah mendampinginya menyongsong mentari esok.

Dina, aku hanya bisa memohon lewat doa kepada yang Maha Kasih Tuhan, kiranya Ia menganugerahkan kebahagiaan untukmu.