Untuk kalian yang percaya Yesus
Kristus, pernahkan anda berpikir bahwa atas iman kita pada Yesus, toh kita
selalu melihat penderitaan. Kita selalu
melihat bahwa percaya Yesus juga menderita sakit, kelaparan, bahkan kematian
menyedihkan.
Pict from Google. Jesus Christ in Lembe island |
Yesus Kristus tidak pernah datang,
walau jutaan doa di panjatkan siang dan malam.
Allah terdiam ketika bencana alam, tsunami, kebakaran merenggut bukan
hanya puluhan, ratusan, puluhan ribu, bahkan jutaan.
Tuhan Maha Kasih yang penuh kuasa
itu bahkan membisu ketika pengikutNya dijadikan sirkus sadis kaisar Nero. Mereka di cabik hidup-hidup, dan jadi
santapan singa di Colouseum Romawi
Allah toh tetap tidak terlihat berbuat
banyak dalam pemecahan masalah penyakit kanker, demam berdarah, darah tinggi,
stroke, gagal ginjal, sirosis, yang telah merenggut orang-orang yang kita
kasihi.
Yesus Kristus tetap tampak tidak
perduli oleh doa puasa, perjamuan kudus, pujian dan penyembahan, doa semalam
suntuk, bahkan berbulan-bulan penuh air mata, demi sebuah ‘kesembuhan’ kecil
yang tak pernah datang sama sekali, dan justru kita dipaksa melihat
mereka,-orang-orang terkasih pergi dalam jasad yang memprihatinkan.
Lalu, benarkah iman kita ? Apa yang membuat kita berbeda dengan mereka
yang tidak percaya padaNya ?
Allah itu Suci. Dan apapun yang terjadi dalam hidup
pengikutNya, tidak akan pernah setitikpun memudarkan kesucian Allah. Dan Ia, yang hanya dengan sebuah kata, mampu
menjadikan seluruh alam semesta menjadi sebutir debu, memilih diam dalam banyak
episode derita umatNya, karena sebuah alasan yang tak akan pernah kita pahami.
Kecerdasan kita sebagai manusia,
mungkin bisa memecahkan persoalan-persoalan intelektual, tapi tidak masalah
kemanusiaan, apalagi misteri, dan otoritas Allah. Kita hanya di tuntut percaya,-tidak lebih,
dan tidak kurang.
Percaya yang menuntun kita pada Kasih
dan Karunia Allah, dalam Yesus Kristus.
Seorang petani yang bekerja keras
membanting tulang, di tengah terik matahari, dan hujan, menggarap tanah, dan
menabur benih, tentunya tidak dengan kesia-siaan melakukan semua itu, tanpa
suatu kepercayaan bahwa saatnya kelak, benih yang tidak terlihat itu akan
menghasilkan buah yang berlimpah-limpah.
Iman tidak…. berasal dari dari
mujizat, tapi mujizat dari Iman (Novelis Russia, Fyodor Dotoevsky)
Terpujilah Engkau ya Kristus
Midlle of July, 2018.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar