'Beking diri' adalah kosa kata melayu Manado yang berkonotasi negatif, karena menggambarkan kelakuan, atau tingkah pola seseorang yang kurang lazim/berlebihan, demi mencari perhatian.
Walaupun
pastinya bukan Olly Dondokambey,-Gubernur Sulut yang baru- sebagai pencetus pertama istilah ‘Beking diri’ ini, toh istilah tersebut sudah menggerayangi hingga dunia pemerintahan. Yah, kalo ente ngga percaya, silahkan pakai
istilah tersebut ke salah satu anggota Dewan yang terhormat. Jangan kaget kalo ente dapet tatapan sadis,
sinis, hingga ke testis.
Sampai
tulisan ini dibuat, gue belom denger ada seseorang atau sebuah komuniti yang mengklaim sebagai penemu ‘beking diri’ sebagaimana Pytagoras dengan teorinya.
Walau
penilaian pada ‘beking diri’ sifatnya sangat subjectif , dan melibatkan
perasaan suka atau tidak suka, tapi sering kejadian penilaian tersebut ‘disepakati’ umum dari gejala dan dampaknya.
Sekumpulan
cewek yang sama-sama mengagumi seekor cowok yang sama, bakalan menyematkan
istilah ‘beking diri’ ke cewek lain yang bertingkah over manakala ada di dekat
sang cowok idola. Tapi mungkin penilaian
‘beking diri’ malah ngga terlintas di pandangan kelompok cowok yang ngga punya kepentingan sama parade cari
perhatian tersebut. Malah bisa aja kaum cowok justru menilainya sebagai sebuah
‘usaha’
---------------ooo-------------
Mereka
yang pernah nonton sinetron ‘Gerhana’ pasti tau bang Poltak,-juragan minyak
dari Medan-yang ternyata gaya ngomongnya ngga beda ketika dia berkiprah di
panggung politik. Ada yang menganggapnya
lucu, tapi ngga sedikit yang merasa eneg sama tingkahnya, dan menilai bang
Poltak sebagai tukang ‘beking diri’
Hidup
adalah pilihan kan…..???
Dalam
konteks ‘banyak jalan menuju Roma’ kan bisa aja kalo ‘beking diri’ merupakan
salah satu rutenya. Dan jalur tersebut
pasti bukan jalur yang loe pilih, kalo loe ngerasa alergi tiap liat orang lain
yang dalam pandangan loe lagi ‘beking diri’
Padahal
kalo kita mau jujur, dalam setiap tingkah orang lain yang kita anggap sebagai
‘beking diri,’ kan kita ngga di rugikan.
Mungkin cuma rasa ngga nyaman.
Dan untuk perasaan ngga nyaman yang kita alamin, harusnya para tukang
‘beking diri’ ngga harus bertanggung jawab.
Karena perasaan ngga nyaman tersebut hanyalah pergulatan perasaan kita
sendiri.
Masa
sih kita harus mendakwa facebooker yang doyan aplot foto di restaurant, bandara
and foto bareng orang-orang top, cuma lantaran kita ngga nyaman nengoknya.
Mungkin
kitanya yang harus berdamai sama diri sendiri, dan legowo untuk nrima bahwa
‘beking diri’ adalah sebuah usaha.